BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ayat dan Terjemahan
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَلَىِٕنْ اَخَّرْنَا عَنْهُمُ
الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ
لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ
يَسْتَهْزِءُوْنَ - ٨ وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا
رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ - ٩
وَلَىِٕنْ اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ
ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ
فَخُوْرٌۙ – ١٠ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ
لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ - ١١
“Dan
sungguh, jika Kami tangguhkan azab terhadap mereka sampai waktu yang
ditentukan, niscaya mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?”
Ketahuilah, ketika azab itu datang kepada mereka, tidaklah dapat dielakkan oleh
mereka. Mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya
(8). Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu)
Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih
(9). Dan jika
Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya,
niscaya dia akan berkata, “Telah hilang bencana itu dariku.” Sesungguhnya dia
(merasa) sangat gembira dan bangga, (10). kecuali orang-orang yang sabar, dan
mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar(11)”.
B.
Penjelasan Tafsir
a.
Ayat
8
Didalam kitab tafsir ibnu jazy
Didalam tafsir
ibnu jazy [1], menjelaskan bahwasanya Allah menangguhkan azab manusia, menunda
datangnya azab orang yang mendustakan kekuasaan Allah sampai batas ketetapan
waktu yang ditentukan. Azab disini ialah didunia dan diakhirat. Mereka akan
mendapatkan kedua azab tersebut namun Allah memiliki kekuasaan untuk
melambatkan azabnya didunia. Lalu mereka yaitu orang munafik bertanya dan
berkata “apa yang menyebabkan azab ini tak menimpa kami sampai batasan waktu yang
dijanjikan”. Pertanyaan ini ditunjukan untuk niat mengejek, bermaksud
mendustakan dan meremehkan azab yang tak kunjung menimpa mereka. Hal itu seolah
mengecap bahwa kekuasaan Allah tak ada.
Lalu
Allah SWT menegaskan bahwasanya ketika azab itu datang menimpa mereka, semua
orang munafik akan terkena azab itu dan tidak bisa mengelaknya. Dari sudut
manapun akan terkena azab, dimanapun mereka berada azab selalu menimpa mereka.
Pertanyaan yang mereka anggap remeh terjawab dengan azab yang Allah tampakkan menyertainya.
b b.
Ayat
9 -11
Penjelasan ayat kesembilan didalam tafsir Al-baghwy;
قوله تعالى: {
وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً } نعمة وسعة، { ثُمَّ نَزَعْنَاهَا
مِنْهُ } أي: سلبناها منه، { إِنَّهُ لَيَئُوس } قنوط في الشدة، { كَفُورٌ
} في النعمة.[2]
Didalam tafsir al-baghwy, dijelaskan bahwa rahmat Allah yang
diberikan kepada manusia itu ialah berupa nikmat yang begitu luas, besar. Yang
kemudian apabila suatu waktu Allah cabut nikmat itu, maka mereka orang munafik
akan kufur nikmat atau berputus asa tidak berterima kasih. Ayat ini menerangkan
tentang celaan seseorang yang mudah berputus asa ketika mendapatkan suatu
kesulitan, dan celaan orang yang membangkang, sombong ketika mendapatkan suatu
rahmat atau kenikmatan. Allah mencela mereka dengan cara mencabut nikmat-Nya,
baik sedikit maupun banyak.
Didalam tafsir ibnu katsir;
يخبر تعالى عن الإنسان وما فيه من الصفات الذميمة، إلا من رحم الله
من عباده المؤمنين، فإنه إذا أصابته شدة بعد نعمة، حصل له يأس وقنوط من الخير بالنسبة إلى المستقبل، وكفر وجحود
لماضي الحال، كأنه لم ير خيرا، ولم يَرْج بعد ذلك فرجا. وهكذا إن أصابته نعمة بعد نقمة {
لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي } أي: يقول: ما بقي ينالني بعد هذا ضيم
ولا سوء، { إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ } أي: فرح بما في يده، بطر فخور على غيره.
قال الله تعالى: { إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا } أي: في الشدائد والمكاره، {
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ } أي: في الرخاء والعافية، { أُولَئِكَ لَهُمْ
مَغْفِرَةٌ } أي: بما يصيبهم من الضراء، { وَأَجْرٌ كَبِيرٌ } بما أسلفوه في زمن
الرخاء، كما جاء في الحديث: "والذي نفسي بيده، لا يصيب المؤمن هَمٌّ ولا
غَمٌّ، ولا نَصَب ولا وَصَب، ولا حَزَن حتى الشوكة يشاكها، إلا كَفَّرَ اللهُ عنه
بها من خطاياه ، وفي الصحيحين: "والذي نفسي بيده، لا يقضي الله للمؤمن قضاء
إلا كان خيرا له، إن أصابته سراء فشكر كان خيرا له، وإن أصابته ضراء فصبر كان خيرا
له، وليس ذلك لأحد غير المؤمن" [3] وهكذا قال الله تعالى: { وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ
لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ } [ سورة العصر]، وقال تعالى: { إِنَّ
الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ
الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلا الْمُصَلِّينَ } الآية [المعارج:19 -22].[4]
Penjelasan didalam tafsir ibnu kasir bahwasanya Allah swt menggambarkan
sosok manusia dan sifat-sifat tercela yang dimilikinya. Buruknya sifat manusia
yaitu apabila mendapatkan musibah setelah kenikmatan yang diraihnya, maka ia
akan berputus asa atas apa yang dilakukannya, merasa bahwa kebaikan nikmat yang
pernah diraih sebelumnya tak bearti dikehidupan. Berputus asa untuk maju
kedepan seolah-olah terputus pupus kabaikan untuk melangkah maju kedepannya dan
mengingkari kebaikan yang dulu pernah diperbuat tidak berlaku kebaikan itu
untuk masa saat ditempuh ataupun masa yang dihadapinya. Artinya saat
mendapatkan musibah, dia berputus asa dari kebaikan nikmat yang pernah
diraihnya dan tidak ikhtiar untuk keluar dari musibah yang dialaminya, maka
tidak ada rasa keinginan untuk berbuat baik mendaptkan nikmat justru keburukan
yang ditampakan saat mendapatkan musibah.
Penjelasan ayat kesepuluh dijelaskan didalam tafsir ibnu katsir, yaitu
tentang keadaan seseorang ketika berhasil lolos dari musibah yang menerpa.
Keadaannya sangat gembira, senang karena keberhasilan menghampirinya, semua
keberhasilan itu dilalui atas dasar dirinya,
maka hal itu mereka bersikap angkuh, sombong kepada orang lain.
Selanjutnya ayat kesebelas, Allah mengecualikan bagi orang-orang yang
sabar menghadapi bencana dan mengerjakan amal-amal shaleh. Artinya tidak termasuk kedalam golongan sifat
tercela bagi mereka yang bersabar dan terus melakukan amal kebaikan saat
didatangkan musibah. Lalu Allah menutup ayat ini dengan ganjaran ampunan dosa
serta karunia pahala yang besar karena atas semua perbuatan makmur hingga
masa-masa sejahteranya. Didalam kitab shahihain dijelaskan bahwa:
"والذي نفسي بيده، لا يقضي
الله للمؤمن قضاء إلا كان خيرا له، إن أصابته سراء فشكر كان خيرا له، وإن أصابته
ضراء فصبر كان خيرا له، وليس ذلك لأحد غير المؤمن"
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggam
kekuasaannya, tidak sekali-kali Allah memutuskan bagi orang mukmin suatu
keputusan melainkan hal itu baik baginya. Jika dia beroleh kegembiraan, maka
dia akan bersyukur, dan bersyukur itu baik bagiya. Dan jika ia tertimpa
kesedihan maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Hal itu tidak
dimiliki oleh seorangpun selain orang mukmin”.
C. Analisis
Dari
penjelasan bererapa penafsir yang telah disebutkan diatas, menurut saya
bersikaplah sbagaimana muslim yang baik dan benar, jangan sombong ketika
disituasi keberhasilan, jangan mengeluh ketika mendapatkan musibah, dan tetap
bersyukuri didalam situasi apapun. Sebab apabila Allah murka akan diturunkannya
azab dan tidak ada seorangpun yang bisa mengelak azab itu terkecuali terhadap
orang mukmin. Maka muslim yang benar adalah berprilaku sebagaimana orang mukmin
yaitu orang yang beriman terhadap Allah dan tidak pernah mengeluh dengan musibah yang menerpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar