BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah
seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah di
Jazirah Arab. Dia adalah Muhammad bin ‘Abdullah, rasul terakhir dan penutup para
nabi. Perjalanan kehidupannya adalah sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat
penting bagi umat manusia. Suri teladan yang ada pada diri rasulullah SAW yang
menjadi panutan umat islam.
Nabi Muhammad adalah pembawa cahaya kebenaran untuk seluruh umat manusia,
penyempurna ajaran-ajaran para nabi terdahulu, penutup para nabi dan tidak ada
nabi atau wahyu apapun yang diturunkan Allah setelah wafatnya. Rasulullah SAW
adalah utusan termulia yang diturunkan oleh Allah sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh semesta alam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarahnya awal mula kenabian Muhammad SAW
2.
Apa
wahyu pertama kali diterima Rasulullah SAW
3.
Apa
saja dakwah yang dilakukan Rasululah SAW
4.
Siapa
saja umat pertama kali yang mengikuti agama Rasulullah Saw
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
awal mula kenabian Rasulallah SAW
2.
Mengetahui
wahyu pertama diturunkan
3.
Mengetahui
dakwah yang dilakukan Rasulallah SAW
4.
Mengetahui
Assabiqun Al-Awwalun
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Di Bawah Naungan Kenabian Dan Kerasulan
1.
Kebiasaan Rasulullah SAW Pergi Ke Gua Hira
Sesuatu hal yang rasulullah saw
sukai ialah mengasingkan diri. Tatkala rasulullah saw berusia hampir 40 tahun,
dengan perbekalan membawa roti gandum dan air beliau suka merenungkan diri pergi ke gua hira terletak di jabal nur dan
jaraknya 2 mil dari kota makkah. Selama bulan ramadhan beliau tinggal di gua
itu dan tak pernah lupa memberikan makanan kepada fakir miskin yang setiap saat
juga datang kesana. Di gua hira beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah,
memikirkan kekuasaan penciptaan alam sekitarnya dan keagungan serta kekuatan
tak terkalahkan dibalik alam ini. Beliau tidak suka bahkan terpikirkan, serasa
tidak tenang atas perbuatan-perbuatan kaumnya oleh kemusyrikan yang diyakini.
Akan tetapi beliau tidak memiliki jalan keluar yang jelas untuk meluruskan
kaumnya menghantarkan dijalan keridhaan yang disetujui.
Pilihan mengasingkan diri ('uzlah)
yang diambil Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ini merupakan bagian dari
tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya hubungannya dengan
kesibukan-kesibukan di muka bumi, serta sebagai langkah persiapan untuk menerima
urusan besar yang sedang ditunggunya.
Begitulah Allah mengatur dan
mempersiapkan kehidupan rasulullah saw untuk mengemban amanat yang besar,
merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur
pengasingan ini selama tiga tahun bagi rasulullah saw sebelum membebaninya
dengan risalah. Beliau pergi untuk mengasingkan diri ini selama jangka waktu
sebulan dengan disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang
tersembunyi dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk berhubungan denga
kegaiban itu tatkala Allah sudah memperkenankannya.
2.
Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, beliau diangkat
menjadi rasul dan mulai tampak tanda-tanda nubuwwah (kenabian) yang timbul dari
diri kehidupan beliau. Di antara tanda-tandanya ialah adanya sebuah batu di
makkah yang mengucapkan salam kepada beliau, beliau juga bermimpi sangat jelas,
sejelas fajar subuh yang terbit. Tanda ini berlangsung selama dua pulu tiga tahun
dan juga merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian. Memasuki tahun
ketiga saat mengasingkan dirinya di gua hira tepatnya di bulan ramadhan, Allah
swt berkehendak untuk melimpahkan rahmat-nya kepada penghuni bumi, memuliakan
beliau dengan nubuwwah dan menurunkan jibril kepada beliau sambil membawa
ayat-ayat al-qur’an.
Dari beberapa penelitian dan penguat
bukti serta dalil-dalil dapat ditentukan bahwa terjadinya perisiwa tersebut
secara tepat yaitu pada hari senin, tanggal 21 ramadhan, di malam hari,
bertepatan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya, beliau saat itu sudah
berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut kalendar Hijriah dan sekitar usia 39
tahun, 3 bulan, berdasarkan kalender masehi.
Suatu peristiwa yang merupakan titik
permulaan kenabian beliau terdapat dipenuturan aisyah ashiddiqah(istri
rasulullah saw).
Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah
hadits dari Saidatina ‘Aishah RadiyaLlahu ‘Anha, sebagai berikut:
Dari Aisyah Ummil Mu’minin
RadiyaLlahu ‘anha dikhabarkan bahawa ia telah berkata; “permulaan wahyu yang
pertama dialami oleh rasulullah saw adalah berupa ar-ru’ya asholihah (mimpi
yang benar) dalam tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti
jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri
ke gua hira”. dimana beliau beribadah didalamnya selama beberapa malam,
tidak pulang ke rumahnya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya.
Setelah perbekalan itu habis, beliau kembali kepada khadijah binti
khuwailid(isteri rasulullah saw yang pertama) untuk mengambil perbekalan
secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga datang kepadanya Al
Haq(kebenaran atau wahyu), yaitu sewaktu beliau saw berada di Gua Hira itu.
Seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, ‘bacalah!’(beliau berkata)
lalu aku menjawab, ‘aku tidak bisa membaca!’ Beliau bertutur lagi, ‘kemudian
dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu
melepaskanku sembari berkata, ‘Bacalah!’ aku kemudian tetap menjawab, ‘Aku
tidak bisa membaca!’ Lalu untuk kedua kalinya, dia memegang dan merengkuhku
hingga aku kehabisan tenaga kemudian melepaskanku seraya berkata lagi,
‘Bacalah’ Aku tetap menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca!’ kemudian dia
meakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, sembari berkata,
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ(5)
Setelah
itu rasulullah saw pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam kondisi gemetar,
lantas menemui isterinya, Khadijah binti Khuwailid, sembari berucap, ‘selimuti
aku! Selimuti aku!’ Belia pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang.
Beliau bertanya kepada Khadijah, ‘Ada apa denganku ini?’ Lantas beliau
menuturkan semua kisahnya yang baru terjadi dialaminya dan berkata, ‘Aku
amat khawatir dengan diriku!’ Khadijah berkata, ‘jangan takut! Demi Allah!
Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan anda (nabi muhammad saw). Sungguh
engkau adalah penyambung tali rahim, pemikul beban orang lain
yang mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta
penolong setiap upaya menegakkan kebenaran". Kemudian Khadijah berangkat
bersama beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, anak
paman Khadijah (sepupunya). Dia (anak pamannya tersebut) adalah seorang yang
menganut agama Nashrani pada masa Jahiliyyah, dia bisa menulis dengan tulisan
'Ibrani dan sempat menulis dari injil beberapa tulisan yang mampu ia tulis sebanyak
apa yang dikehendaki oleh Allah dengan tulisan 'Ibrani. Dia juga, seorang yang
sudah tua renta dan buta; ketika itu Khadijah berkata kepadanya: "wahai anak
pamanku! Dengarkanlah (cerita) dari anak saudaramu!". Waraqah berkata:
"wahai anak laki-laki saudara (laki-laki)-ku! Apa yang engkau
lihat?". Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membeberkan
pengalaman yang sudah dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya: "sesungguhnya
inilah sebagaimana ajaran yang diturunkan kepada Nabi Musa! Andai saja aku
masih bugar dan muda ketika itu nanti! Andai saja aku masih hidup ketika engkau
diusir oleh kaummu!". Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata
kepadanya: "benarkah mereka akan mengusirku?". Dia menjawab:
"ya! Tidak seorangpun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan
dimusuhi, dan jika aku masih hidup pada saat itu niscaya aku akan membantumu
dengan sekuat tenaga". Kemudian tak berapa lama dari itu Waraqah meninggal
dunia dan wahyu pun terputus (mengalami masa vakum).
Pendapat Para Ulama
Para ulama mempunyai banyak pendapat
dalam masalah ayat apa yang pertama kali diturunkan dan apa yang terakhir.
1.
Pendapat
yang paling sahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah, surat
al-alaq: 1-5.
Dasar
pendapat ini adalah hadist yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim dan
lainnya dari Aisyah ra.
2.
Dikatakan
pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “Ya ayyuhal muddatsir” (Hai
orang yang berselimut). Ini didasarkan pada hadist yang juga HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Salamah bin Abdirrahman.
3.
Pendapat
lain mengatakan, bahwa yang pertama kali turun adalah surat Al-Fatihah. Mungkin
yang dimaksudkan adalah surat yang pertama kali turun secara lengkap
4.
Ada
juga yang berpendapat, bahwa yang pertama kali turun adalah
Bismillahirrahmanirrahim, karena basmalah ikut turun mendahului setiap surat. Pendapat
pertama yang didukung oleh hadits Aisyah itulah pendapat yang kuat dan masyhur.
3.
MASA
VAKUM TURUNNYA WAHYU
Mengenai hal ini,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Ibnu Abbas yang intinya
menyatakan bahwa jangka waktu itu berlangsung selama beberapa hari pendapat
inilah yang rajih/kuat bahkan setelah melalui penelitian dari segala aspeknya
secara terfokus harus menjadi acuan. Adapun riwayat yang berkembang bahwa hal
itu berlangsung selama tiga tahun atau dua tahun setengah tidaklah shahih sama
sekali, namun disini bukan pada tempatnya untuk membantah hal itu secara
detail.
Pada masa stagnan
tersebut, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dirundung kesedihan yang
mendalam yang diselimuti oleh rasa kebingungan dan panik.
Dalam
kitab "at-Ta'bir" , Imam Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut:
" menurut berita
yang sampai kepada kami, wahyupun mengalami vakum hingga membuat Nabi
Shallallahu 'alaihi wasallam sedih dan berkali-kali berlarian agar dia dapat
terjerembab ke ujung jurang-jurang gunung, namun setiap beliau mencapai puncak
gunung untuk mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya sembari
berkata: "wahai Muhammad! Sesungguhnya engkau sebenar-benar utusan
Allah!". Spirit ini dapat menenangkan dan memantapkan kembali jiwa beliau.
Lalu pulanglah beliau ke rumah, namun manakala masa vakum itu masih terus berlanjut
beliaupun mengulangi tindakan sebagaimana sebelumnya dan ketika dia mencapai
puncak gunung, malaikat Jibril menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya
seperti sebelumnya (memberi spirit kepada beliau)".
Ibnu Hajar berkata,
“Adanya masa vakum itu bertujuan untuk menghilangkan ketakutan yang dialami
oleh Rasulullah SAW dan membuatnya penasaran untuk mengalaminya lagi”.
B. Periode Dan Tahapan Dakwah
Setelah Rasulullah saw dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah
dan risalah, kehidupan beliau dapat dibagi menjadi dua fase yang
masing-masing fase memiliki keistimewaan tersendiri secara total, yaitu:
1. Fase
Makkah: berlangsung selama 13 tahun
2. Fase
madinah: berlangsung selama 10 tahun penuh
Masing-masing
fase mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan memiliki
karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan
tampak jelas setelah kita melakukan penelitian secara seksama terhadap
kondisi-kondisi yang dilalui oleh dakwah dalam kedua fase tersebut.
Fase makkah
dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
1. Tahapan
dakwah sirriyah (dakwah secara sembunyi-sembunyi) berlangsung selama tiga
tahun.
2. Tahapan
dakwah jahriyyah (dakwah secara terang-terangan) kepada penduduk makkah dari
permulaan tahun keempat kenabian hingga Rasulullah saw hijrah ke madinah.
3. Tahapan
dakwah di luar makkah dan penyebarannya dikalangan penduduknya dari penghujung
tahun kesepuluh kenabian yang juga mencakup fase madinah dan berlangsung hingga
akhir hayat Rasulullah saw.
C. Tahapan Dakwah Sirriyyah
1. Kawanan Pertama
Sudah
merupakan sesuatu yang lumrah bila yang pertama-tama dilakukan oleh Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam adalah menawarkan Islam kepada orang-orang yang
dekat hubungannya dengan beliau dan keluarga besar serta shahabat-shahabat
karib beliau. Mereka semua didakwahi oleh beliau untuk memeluk Islam. Beliau
juga tak lupa mendakwahi orang yang sudah saling mengenal dengan beliau dan
memiliki sifat baik dan suka berbuat baik. Mereka yang beliau kenal sebagai
orang-orang yang mencintai Allah al-Haq dan kebaikan atau mereka yang mengenal
beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi
nilai kejujuran dan keshalihan. Hasilnya, banyak diantara mereka yang tidak
sedikitpun digerayangi oleh keraguan terhadap keagungan, kebesaran jiwa Rasulullah
serta kebenaran berita yang dibawanya
merespons dengan baik dakwah beliau. Mereka ini dalam sejarah Islam dikenal
sebagai As-Saabiquun al-Awwalluun (orang-orang yang paling dahulu dan
pertama masuk Islam).
Di
barisan depan mereka terdaftar isteri Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam, Ummul
Mukminin Khadijah binti Khuwailid, Pembantu beliau, Zaid bin Haritsah bin
Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau Ali bin Abi Thalib yang ketika itu masih
anak-anak dan hidup dibawah tanggungan beliau serta shahabat paling dekat
beliau, Abu Bakr ash-Shiddiq. Mereka semua memeluk Islam pada permulaan dakwah.
Kemudian,
Abu Bakar bergiat dalam mendakwahi Islam. Dia adalah sosok laki-laki yang
lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu
mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena keintelekan,
kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Dia terus berdakwah
kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan
bermajlis dengannya. Berkat hal itu, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana
al-Umawi, az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi
Waqqash az-Zuhriyan dan Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Kedelapan orang inilah
yang terlebih dahulu masuk Islam dan merupakan kawanan pertama dan palang pintu
Islam.
Diantara
orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al Habasyi,
kemudian diikuti oleh Amin (Kepercayaan) umat ini, Abu 'Ubaidah; 'Amir bin
al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin
'Abdul Asad, al- Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzum),
'Utsman bin Mazh'un dan kedua saudaranya; Qudamah dan 'Abdullah, Ubaidah bin
al-Harits bin al- Muththalib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid al-'Adawy dan
isterinya; Fathimah binti al-Khaththab al-'Adawiyyah - saudara perempuan dari
'Umar bin al-Khaththab -, Khabbab bin al-Arts, 'Abdullah bin Mas'ud al-Hazaly
serta banyak lagi selain mereka. Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal
Awwaluun. Mereka terdiri dari semua suku Quraisy yang ada bahkan Ibnu Hisyam
menjumlahkannya lebih dari 40 orang. Namun, dalam penyebutan sebagian dari
nama-nama tersebut masih perlu diberikan catatan dan diteliti lagi.
Ibnu
Ishaq berkata: "Setelah itu banyak orang yang masuk Islam baik laki-laki
maupun wanita, sampai akhirnya tersiarlah dan menyebar "Islam" di
seluruh Makkah dan mulai banyak menjadi bahan perbincangan orang.
Mereka
semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi
wasallam menemui mereka dengan memberikan pengarahan agama dan mengajarkannya
agama secara sembunyi-sembunyi. Wahyu diturunkan sedikit demi sedikit lalu
behenti setelah turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan
penggalan-penggalan surat yang turun pada masa itu merupakan ayat-ayat pendek,
memiliki makna-makna yang indah dan valid, senandung yang menyejukkan dan
memikat seiring dengan suasana suhu domestik yang begitu lembut dan halus.
Ayat-ayat tersebut membicarakan solusi memperbaiki pensucian jiwa ( tazkiyatun
nufuus), celaan mengotorinya dengan gemerlap duniawi berisi ciri-ciri surga dan
neraka yang seakan-akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, menggiring
kaum Mukminin ke dalam suasana yang lain dari kondisi komunitas sosial kala
itu.
2.
Perintah Sholat
Di
antara wahyu yang pertama-tama turun adalah perintah sholat. Muqatil bin
Sulaiman berkata, “Allah mewajibkan shalat dua rakaat pada pagi hari dan dua
rakaat pada petang hari pada masa awal islam, yang didasarkan pada firman Allah
surat al-mukmin: 55
وَسَبِّح بِحَمدِ رَبِّكَ بِالعَشِىِّ وَالإِبكر
“Dan
bertasbihlah seeraya memuji Rabbmu pada waktu pagi dan petang.”(Al-Mukmin:55)
Ibnu Hajar mengatakan:
“sebelum terjadinya Isra', Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam secara qath'i
pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat. Akan tetapi
terdapat perbedaan pendapat, apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan
sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada yang berpendapat
mengatakan bahwa yang telah diwajibkan pada masa itu adalah shalat sebelum
terbit dan terbenamnya matahari".
Al-Harits bin Usamah
meriwayatkan dari jalur Ibnu Luhai'ah secara maushul (disambungkan setelah
sanad-sanadnya mu'allaq [terputus di bagian tertentu]) dari Zaid bin Haritsah
bahwasanya pada awal datangnya wahyu, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam
didatangi oleh malaikat Jibril; dia mengajarkan beliau tata cara berwudhu. Maka
tatkala selesai melakukannya, beliau mengambil seciduk air lantas
memercikkannya ke faraj beliau. Ibnu Majah juga telah meriwayatkan hadits yang
semakna dengan itu, demikian pula riwayat semisalnya dari al-Bara' bin 'Azib
dan Ibnu 'Abbas serta hadits Ibnu 'Abbas sendiri. Hal tersebut merupakan
kewajiban pertama.
Ibnu Hisyam menyebutkan
bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam dan para
shahabat pergi ke perbukitan dan menjalankan shalat disana secara sembunyi-sembunyi
jauh dari kaum mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu melihat Nabi Shallallâhu
'alaihi wasallam dan 'Ali melakukan shalat, lantas menegur keduanya namun
manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang serius, dia memerintahkan
keduanya untuk berketetapan hati (tsabat).
3. Kaum Quraisy mendengar dakwah secara global
Meskipun dakwah pada
tahapan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat individu, namun
perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum
mempermasalahkannya karena Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam tidak pernah
menyinggung agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.
Tiga tahun pun berlalu sementara
dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan individu. Dalam tempo waktu
itu, terbentuklah suatu jamaah Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah
(persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan proses reposisinya.
Kemudian turunlah wahyu yang membebankan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi
wasallam agar menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan dan menentang
kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tatkala rasulullah saw berusia
hampir 40 tahun, beliau suka mengasingkan diri ke gua hira dan menghabiskan
waktunya untuk beribadah, memikirkan kekuasaan penciptaan alam sekitarnya serta
kekuatan tak terkalahkan dibalik alam ini. Beliau diangkat menjadi rasul dan
mulai tampak tanda-tanda nubuwwah (kenabian) yang timbul dari diri kehidupan
beliau. Di antara tanda-tandanya ialah adanya sebuah batu di makkah yang
mengucapkan salam kepada beliau, beliau juga bermimpi sangat jelas, sejelas fajar
subuh yang terbit. Tanda ini berlangsung selama dua pulu tiga tahun dan juga
merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian. Memasuki tahun ketiga
saat mengasingkan dirinya di gua hira tepatnya di bulan ramadhan, Allah swt
berkehendak untuk melimpahkan rahmat-nya kepada penghuni bumi, memuliakan
beliau dengan nubuwwah dan menurunkan jibril kepada beliau sambil membawa
ayat-ayat al-qur’an.
Setelah Rasulullah saw dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah
dan risalah, kehidupan beliau dapat dibagi menjadi dua fase yang
masing-masing fase memiliki keistimewaan tersendiri secara total, yaitu:
1. Fase
Makkah: berlangsung selama 13 tahun
2.
Fase madinah:
berlangsung selama 10 tahun penuh